Perjalanan ke Puncak Gunung Sumbing

Ini adalah saat-saat penghujung kami di kelas XII yach boleh dibilang UNAS tinggal beberapa bulan lagi. Upz..tp ada 1 event tahunan yang tak boleh aku tinggalkan, "Wajib Gunung" ya ajang tahunan pelantikan anggota muda menjadi anggota tetap SHC (Stembayo Hiking Club). Nah ini saatnya ako menjadi senior..hehe ngatur sana sini kepada junior, ini bukan ajang balas dendam tapi hanya pengakaraban saja.

Tepat akhir tahun 2008 sesuai rencana, mendekati tahun baru lah....Seperti sebelum-sebelumnya eskul PA yang identik dengan cowok kali berubah nuansa, tak kubayangkan lumayan juga adek-adek kls cewek ikut PA cantik-cantik pula...hehe. Kami bersepakat mengambil jalur Kaliangkrik, ya suatu desa terakhir terletak di perbatasan Magelang-Temanggung (kalu gak salah..hehe)! Dengan menggunakan truk TNI-AD kami berangkat dari sekolah..brrm..brmm...begitu bunyi truk sekan menandakan betapa kuatnya mendaki jalan berliku nand terjal. Eitz...ada 1 lagi tradisi unik di club kami sebelum memulai perjalanan pendakian, yaitu "Sugar Eating Together" hahaha..di sini kami diwajibkan memakan 1 kepal gula jawa untuk serombongan plus pembina..haha..gila loe, bagi orang yang jijik pasti muntah-muntah deh coz ada yang makan sambil diemut-emut juga lho..hihi...tp inilah cara kami mengakrabkan diri menjadi satu keluarga. Lambat laun kami meninggalkan Jogja, melewati jalan magelang yang begitu panjang..eitz samapai juga di perbatasan "Selamat datang di Jawa Tengah". Truk teruz melaju dengan kencang, belok kiri arah candi Borobudur, melewati candi Mendut, Kota Mungkid, nah setelah pasar Salamn jalan sudah mulai naik dan udara dingin terasa menembus jaket. Buzz....jeglek begitu bunyinya saat oper kopling yach kala itu jalan terjan belokan kiri menanjak arah Pasar Kaliangkring..ngong..ngong seolah mesin dipaksakan...citt...akhirnya truk berhenti dan kami harus turun karena jalan sudah tidak mungkin dilewati dengan truk sebesar itu. Perjalanan belum berakhir kawan, kami harus masih berjalan kaki ke desa sang juru kunci yang sudah tiap tahun kerap kami jadikan basecamp pendakian. Suasana lelah, keringat mengucur tidak kami rasakan lebur dalam canda tawa selama perjalanan. Byur....oh tidak hujan menghantam, membuat susana menjadi dingin, untunglah junior-junior kami tak lupa membawa mantol (hehe..malah seniornya ada yang gak bawa mantol).

Jam 9 tet akhirnya kami pun tiba di rumah Bapak Mitro, sang juru kunci sekaligus kepala desa di Gunung Sumbing. Tanpa basa basi beliau langsung mempersilakan masuk, memang kami sudah akrab karena even tahunan ini pasti memilih rumah beliau untuk dijadikan basecamp. Kami para senior berunding sebentar, wah ternyata hujan kami tidak mungkin melawan cuaca, aku tidak mau junior-junior malah jatuh sakit di atas. Hanya bisa menunggu dan menunggu, akhirnya 1 jam kemudian hujan pun reda, Alhamdulilah batinku. Mulailah rombongan dibagi dalam 6 kelompok disertai 2-3 senior tiap kelompok plus leader dan penjaring.

Dengan diawali doa, kelompok meninggalkan basecamp. Kala itu aku mendampingi kelompok 3..lumayan lah tengah-tengah...hehe. Canda dan obrolan menemani langkah kami. Tiba-tiba suasana menjadi hening, ya kami akan memasuki hutan pinus yang notabene tergolong keramat, ah sebetulnya tidak kalau kita tidak macem-macem aman-aman aja og. Brr...hanya suara-suara binatang malam kami dengar, para junior seakan membungkam mulutnya untuk sementara. Hutan pinus adalah daerah pertengahan antara basecamp menuju Pos 1. Banyak mitos yang menjadikan tempat itu seakan angker dari penampakan sampai hilangnya manusia karena melanggar pantangan dari juru kunci. Alhamdulilah anggota SHC aman-aman saja melewati daerah itu puluhan tahun. Kaki-kaki mulai lemas dan pegal, hal yang ku takutkan akhirnya terjadi, upzs salah satu juniorku asmanya kambuh. Dengan sigapnya kami langsung menuju lokaso melakukan tindakan petolongan pertam, alhasil aku membawa 2 ransel di dada dan di punggung agar dia teras ringan di perjalanan. Yach tapi itu semua terasa ringan berkat kbersamaan dan kerjasama yg kompak. Jalan berbatu terjal dan hanya selebar 2 mata kaki. Sesekali handy talky kami dipantau dari kodim Magelang memastikan keadaan kami. Ampuh benar radio komunikasi kami, jarak antara tower dengan posisi hampir 70 km-an lebih. Karena licin ada juga junior yang terpeleset, tak henti-hentinya kami mengingatkan untuk berhati-hati. Dag..dig..dug...waktu terus bergulir tanpa kompromi tepat pukul 12an kami serombongan tiba di pos 1. Kami memutuskan untuk nge-camp memulihkan tenaga karena perjalanan ke puncak esok hari masih panjang. Dengan ala kadarnya kami membuat api unggun guna menghangatkan badan, yach saat itu ada salah satu junior kedinginan hebat mendekati hiprtemia, kami peluk erat badanya sambil mendekatkan ke punggung api, alhamdulilah kesigapan kami bisa mengatasi keadaan pada waktu itu. Di Pos 1 bukanya pada tidur, malah ad yang sibuk ngobrol, ngopi, membuat indomie, yach karena suasana malam itu sangat indah syahdu, langit terbuka menampakan bhintang-bintang seakan membentuk gugusan terumbu karang. Subahanallah, suasana yang tidak mungkin kami temukan di kota, kami merasa kecil, tidak berdaya di HadapanNya malam itu. Kurebahkan tubuhku di dalam tenda tak kuat menahan lelahnya perjalanan, ya bersama sahabat-sahabatku kami berdesak-desakan dalam tenda menambah kehangatan malam itu. Selamat tidur.........

Jam HP menunjukan pukul 5 aku dan beberapa temanku terbangun, Subhahanallah sunrise kala itu sangat indah. Tentu saja event yang hanya berlangsung beberapa menit itu tak ku lewatkan untuk ber-narsis ria, heheh... . Sang bola orange tersenyum kepada kami dengan ditambah background G. Sundoro dan kabut tipis, oh indahnya. Sinyal dari leader telah kami terima untuk kembali melanjutkan pendakian menuju pos 2, salah 1 basecamp yang unik, karena berada di atas gugusan batu-batu besar air terjun, ya air yang mengalir di bawah kami adalah sumber kehidupan bagi masyarakat di kaki gunung. Sesekali kami bertemu penduduk sekitar yang sedang mencari rumput dan kayu bakar, dalam hati ku berpikir betapa hebat orang itu tanpa alas kaki dan perbekalan bisa naik turun dalam waktu 4 jam. Kami pun sempat bertegur sapa dan mengobrol dengan orang itu. Perjalanan pun kami lanjutkan, medan bertambah sulit, jalanan sempit dengan sisi jurang serta jalan yang hampir membentuk sudut 90 derajat.


Tak lama kemudian terlihat hamparan padang savana yang luas, ya ini menandakan semakin dekatnya dengan kawah. Seakan tancap gas, adrenalin dan semangat kami terpompa untuk segaera menggapai puncak. Di ketinggian >300mdpl angin bertiup sangat kencang seolah-olah tubuh kami ingin terbang bebas. Kawasan savana ini dulunya adalah bekas kebakaran hutan beberapa tahun lalu yang menyebabkan gagalnya kami untuk mencapai puncak tahun lalu. Daerah ini sering aku sebut juga kawasan tipuan, betapa tidak beberapa kali melihat ujung bukit menandakan berakhirnya perjalanan, tp berkali-kali pula masih ada bukit lain di atas kami, kalu dihitung-hitung ada 7 bukit tipuan sebelum benar-benar sampai di kawah. Ya tidak apalah suasana indahnya gunung menepis lelahnya perjalanan.


To be continued..............
abcs